Selasa, 25 Agustus 2015

TIPS MEMILIH MERPATI KOLONGAN

haloo anak bocah, berikut ini Bang Botel yang ganteng kya  akan membahas tips untuk memilih merpati kolongan yang ga malu maluin kalo untuk main di lapak, cekibrottttttttttttttt....

Memilih Burung Merpati Dari Tingkah Laku


“Memilih burung merpati” memang sudah menjadi suatu keharausan bagi penggemarnya yang menginginkan mendapatkan burung bagus berkualitas.
berbagai cara dapat dilakukan bak dengan cara rabaan, melihat(cobaan=meski harga ralatif tinggi) dan perasaan.
dengan berbagai cara yang dapat dilakukan, sebenarnya dalam hal pemilihan merpati dapat dilakukan dengan cara melihat tingkah laku dan geraik dari burung yang kita pelihara.
Bagi penggemar yang sudah terbiasa memilih merpatinya dengan cara perasaan, tentu akan lebih mudah dalam memjpelajarinya dibandingkan dengan yang terbiasa memilih dengan cara meraba. Ya ,, karena teknik pemilihan ini tidak memerlukan memegang burung melainkan hanya melihat.
Cara seperti ini sebenarnya lebih susah dibandingkan dengan cara meraba,, dan akan dibutuhkan waktu yang lama dan mahal untuk mempelajarinya. Akan tetapi bila kitaa mau menikmatinya tentu hal ini tidak akan menjadi soal.
memiilih merpati dengan melihat tingkah laku:
1. Suara bulu sayap burung saat terbang naik/turun kandang
2. Melihat cara turun burung dari kandang/kurungan
3. Cara jalan
4. Bentuk tubuh burung saat hinggap/berdiri
5. Kewaspadaan burung
6. Pergerakan ekor burung saat terbang dan bekur

  1. Suara bulu sayap burung saat terbang naik/turun kandang
bila kita mau memperhatikan suara kepakan dari sayap burung merpati, tentu dari merpati yang satu dan lainnya akan berbeda. Apa sebenarnya yang membuat suara kepakan ini kian berbeda?
ya,, memang suara kepakan dari burung yang sudah jadi/terbang tinggi dan belun jadi/masih latihan trnyata memang berbeda. Apalagi dengan burung merpati yang sama sekali belum latih terbang (umbaran)
*kepakan sayap burung merpati yang sudah terbang akan terdengar lebih ringan (teratatak)kira2 begitu,kalau sudah terbang dan tinggi, di sela2 kepakannya ada suara sperti(wis.. wis..)
*sedangkan sayap burung merpati yang belum folsir terbang/jarang terbang akan terdengar lebih berat(tjeplak-tjeplak)
memang kalau tanpa mengamati dengan seksama dan berulang2 akan tampak susah membedakan suara kepakan ini.

  1. Melihat cara turun burung dari kandang/kurungan
saat kita belanja di pasar,,
Tentu akan banyak pedagang yang sibuk menawarkan merpati dagangannya,,
Kalau saya,, saat membeli sering mengamati dari jarak yg agak jauh, melihat para pedagang menawarkan burung2 yang dijajakannya pada calon pembeli,
biasanya burung ini (burung giring) akan diperlihatkan giringnya dengan cara betina di naik turunkan kurungan,,
nah,, inilah kesempatan kita menilai mental si burung tsb!
Kalau kita mau mengamati, cara turun burung dari kurungan itu akan bermacam2. Ada yang melompat dengan mengepakkan sayap, ada yang langsung turun menjatuhkan tubuhnya (ada yang dengan posisi kepala di depan, ada pula yang dadanya di depan).
ya,, untuk mental burung, ,
burung yang menjatuhkan tubuhnyalah yg memiliki mental untuk turun. Bukan merpati yang turun kurungan dengan cara melompat dengan mengepakkan sayapnya.
Akan tetapi cara itu hanya bisa di pakai untuk memperkirakan kemampuan mental turunnya, bukan kemampuannya untuk turun. Karena untuk kemampuan turun masih diperlukan perangkat2 lain yang memadai(tulang leher,sapit urang,pinggang,dll)

  1. Cara jalan
Banyak dari penggemar burung merpati tidak lagi memperdulikan cara jalan dari burung merpati ini.
Memang cara jalan burung hanya bisa digunakan untuk memperkirakan malas dan tidaknya burung,, meski hanya sedikit orang yang mempercayai, semoga pendapat ini bisa sedikit bermanfaat bagi sesama penggemar yang menginginkan burung merpatinya adalah merpati yang rajin dan tidak malas terbang.
Saat burung berjalan, coba kita amati telapak kakinya,,
napak(menyentuh tanah) atau tidak.
Biasanya burung merpati yang berjalan hanya menapakkan keempat jarinya (tanpa telapak kakinya),
akan mempunyai kemampuan terbang yang lebih panjang/lama dari pada burung yang menapakkan telapak kakinya saat berjalan. Anda tidak percaya? coba buktikan sendiri dengan burung yang mempunyai segala baik pegangan dan lain2 yang sama, dan perkiraan umur yang sama, latihan yang sama, pakan yang sama, dengan jalan yang berbeda seperti diatas.
Saat burung sudah sama2 jadi/hafal lapak/rumah, terbangkan burung berulang kali, dan burung mana yang mempunai ketahanan terbang paling baik diantara keduanya? burung mana yang lebih dulu lelah/”ngenduk”/hinggap di sembarang tempat?

  1. Bentuk tubuh burung saat hinggap/berdiri
setelah melihat cara berjalan dari burung merpati, tidak salah bila kita melihat keunggulan burung merpati dari bentuk tubuhnya saat berdiri.
Burung yang berdiri terlihat punggung & pinggangnya menyembul/ tampak “berpunuk” tentu akan mempunyai kemampuan terbang dan turun yang berbeda dari burung yang mempunyai bentuk tidak seperti itu. biasanya sayap burung akan tampak menggantung.
Bila kita melihat merpati dengan bentuk tubuh seperti itu, ada kemungkinan burung ini mempunyai gaya terbang dengan speed kencang, dan kemampuan turun yang patut diperhitungkan.

  1. Kewaspadaan burung
Saat burung kita lepas di luar kandang, bila kita mau memperhatikan tentu pandangan dan gerak-ik kepala burung merpati ini akan mempunyai gaya yang berbeda. Ada yang hanya diam terlihat cuek dengan keadaan sekitar, Ada pula yang tampak waspada dan gesit mengikuti gerakan2 disekitarnya, baik gerakan didekatnya ataupun gerakan dari kejauhan.
Burung dengan tingkat kewaspadaan tinggi patut kita perhitungkan kemampuan penglihatannya.

  1. Pergerakan ekor burung saat terbang dan bekur
Saat kita memilih burung merpati, baik di pasar maupun di peternak, tidak ada salahnya kita memperhatikan pergerakan bulu ekor merpati tersebut saat bekur.
I. Ekor burung saat bekur yang mempunyaoi kecepatan “megar-mingkup”/ bulu2 ekornya merapat dengan cepat (dilihat dari samping), biasanya dimiliki oleh burung yang mempunyai pinggang rapat. Dan ini sangat mempengaruhi kemampuan turunnya.
II. Ekor bururng yang selalu “megar”/terlihat jarak2 dari bulu ekornya (dilihat dari samping), Akan mempunyai kemampuan turun yang kalah baik bila dibandingkan dengan tipe pertama.

Kalau soal kaki saya lebih suka kaki yang merit, garing/terlihat “mbesisik” & panjang (baik kaki maupun jarinya)
saat dipegang posisi kaki menjorok/mendorong kebelakang sejajar dengan arah ekor.

Ketebalan dan bentuk ekor saat burung kita pegang tentunya akan bermacam2, dari sinilah kita sebenarnya dapat mengira2 daya dan gaya turun dari burung tersebut.
Pilihlah burung yang mempunyai bulu ekor rapat, tebal dan panjang (tebal disini harus disesuaikan dengan pegangan/”cekelan” burung, untuk kadar ketebalan bulu ekor akan berbeda dari “cekelan” padat/”kiyel”, empuk/ngapuk, keras/rapet/”atos” yang sangat susah untuk di utarakan lewat tulisan) tapi dengan pemilihan dan pembelajaran yang berulang2 pasti kelak dengan mudah kita akan dapat membedakan ukuran yang sesuai.
*saat kita pegang bulu ekor akan tampak menyatu, itu ciri dari “brutu” kecil, biasanya bentuk ekor seperti ini dimiliki oleh burung dengan gaya turun “anteng”.
*saat kita pegang bulu ekor akan tampak melebar pada ujungnya / tidak mengumpul jadi satu, itu ciri2 dari “brutu” besar, biasanya bentuk ekor seperti ini dimiliki oleh burung dengan gaya turun “nggenjot2”.
Saat kita pegang ekor merpatipun akan mempunyai daya tekan kebawah yang berbeda2, ada yang “ndlosor”, “ngawet” 45 derajat, dan ada pula yang “ngawet” 90 derajat/ ditempat saya biasa disebut dengan “bengkuk”.
untuk gaya terbang :
*bila burung mempunyai pegangan ekor “ngawet” 45 derajat: Burung dengan pegangan ekor seperti ini bila dilepas dengan partner yang mempunyai tipe pegangan ekor sama, akan mempunyai gaya lepas/start memutar agak melebar dan tidak beraturan (kadang start belum tinggi burung sudah menuju kearah tujuan)
*bila burung mempunyai pegangan ekor “ngawet” 90 derajat/”bengkuk”: burung dengan pegangan ekor seperti ini bila dilepas dengan partner yang mempunyai tipe pegangan ekor sama, akan mempunyai gaya lepas/start memutar “cekak”, seperti obat nyamuk (biasanya burung mencapai ketinggian tertentu baru menuju arah tujuan)
*bila burung mempunyai pegangan ekor “ndlosor”: burung dengan tipe pegangan ekor seperti ini biasanya mempunyai 2 kemungkinan gaya terbang. Yang pertama terbang langsung menuju arah tujuan. yang kedua “nggandeng”/ ngikut partnernya

Perbedaan ukuran dan jarak dari pinggang/”brutu” merpati tentunya tidak mungkin bila tidak mempunyai pengaruh apa2 pada kinerjanya. Dari yang berukuran besar, kecil, sedang, berjarak rapat ataupun yg berjarak renggang. kalau dari pengalaman, pinggang berjarak renggang dari badannya akan membuat burung tidak memiliki keseimbangan yang bagus. Burung dengan kecepatan turun lambat, tentunya tidak akan terlihat dengan jelas ketidak seimbangannya dengan adanya pinggang seperti ini. berbeda dengan burung dengan kemampuan kecepatan turun tinggi/keras, jika memiliki pinggang renggang seperti ini akan terlihat jelas saat burung turun arah jam 12.00/atas kepala. Kemungkinan pertama turun burung akan patah/ separuh jalan berbelok. kemungkinan kedua burung turun dengan kecepatan tinggi tanpa adanya keseimbangan pengereman, akibatny burung akan turun dg keras(yg berakibat menyakiti dirinya sendiri).
Berbeda dengan pinggang yang berjarak rapat, baik yang besar maupun yang kecil memiliki kelebihan sdr2. dg perkakas lain yg mendukung, burung dg “brutu” kecil rapat, akan memiliki tipe turun “anteng”/tidak goyang2. burung dengan “brutu” besar rapat, akan memiliki tipe turun tampak goyang2, bila semua perkakas mendukung sebenarnya goyang2nya itu merupakan seni lemparan tubuh burung/”nggenjot2″ saat turun.

Ada yang berpendapat bahwa kondisi, ukuran jarak dan bentuk “sapit urang” pada burung merpati tidak mempengaruhi gaya terbang dan turunnya, kalau dari pengalaman saya pribadi, bila dinilai dari cara terbang burung sendiri memang sampai saat ini saya belum menemukan adanya pengaruh “sapit urang” sama gaya terbang burung. Akan tetapi untuk masalah turun sepertinya berpengaruh besar. ketebalan dan kuatnya “sapit urang” pun juga mempengaruhi turunnya merpati. seperti cont; merpati dengan “sapit urang” rapat (tidak berjarak sama sekali/”ganthet”) biasanya kalau burung mempunyai kemampuan turun, turunnya akan pelan. Merpati dengan “sapit urang” berjarak sempit, kira 0,5-1cm (untuk burung merpati berukuran besar). 0,5cm (untuk merpati berukuran sedang) kalau burung mempunyai kemampuan turun, turunnya akan megal-ol/goyang-goyang. merpati dengan jarak “sapit urang” kira2 >1cm kalau burung mempunyai kemampuan turun, akan turun dengan “anteng”/tidak goyang2, tentunya juga didukung ukuran “brutu” dan bentuk ekorny. Kondisi “sapit urng” yg bengkok sejauh pengalaman saya: dulu saya pernah punya burung dengan jarak “sapit urang” kira2 1cm, sebelum “sapit urang” bengkok burung mampu turung cepat dan shoot kasar, karena shoot terlalu keras, burung turun “ngebrok lemah”. kemudian salah satu “sapit urangnya” patah, setelah manjalani perawatan beberapa minggu “sapit” nyambung tapi bengkok sebelah. Sejak saat itu burung tersebut masih mampu turun hanya kecepatan turun dan shootny berkurang.

nb: kalo mau beli merpati kolongan yang oke murah meriah hub Bang Botel aja brow
 Semua Anakan  Berasal Dari Pacekan Pemain Burung Kelas Atas antara lain 
* Pacekan Cing Maman :  1. PLENGOZ
                                          2. MAT JAW
                                          3. BOMBOM dan banyak lagi yang lainnya.......

* Pacekan Cing Ojay      : 1. DUMAZ
                                          2. ANJING GILA
                                          3. OSCAR dan banyak lagi

1 komentar: